Tebu

Areal pengembangan tanaman tebu di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Luas areal tebu di Pulau Jawa sekitar 65% dan sebagian besar berada di lahan kering (Ditjenbun, 2014). Menurut Mulyono (2006) pergeseran areal pengembangan tebu di Pulau Jawa dari lahan sawah ke lahan kering dimulai sejak tahun 1994 sebagai akibat dari adanya program swasembada beras. Lahan sawah merupakan areal pengembangan tebu andalan karena mampu menghasilkan rendemen 10,5% dengan hasil hablur sebesar 8,9 ton ha-1. Sebagai akibat dari pergeseran penggunaan lahan tersebut rendemen yang diperoleh hanya sekitar 7,42% dengan hasil hablur 5,78 ton ha-1 (Ditjenbun, 2014). Peningkatan hasil hablur perlu ditingkatkan agar kebutuhan gula nasional dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri.

Lahan kering yang digunakan sebagai areal pengembangan tebu mempunyai ciri-ciri yang menonjol seperti ketersediaan air terbatas, produktivitas lahan yang semakin menurun dan kesuburan tanah yang sangat bervariasi (Purwanto dan Agustono, 2010). Pemenuhan kebutuhan air tanaman tebu di lahan kering hanya mengandalkan air hujan sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengairan. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tebu dan hasil hablur di lahan kering adalah menambah nutrisi ke dalam tanah melalui aplikasi pemupukan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 70 = 77