Pupuk untuk Padi Bunting agar Hasil Panen Meningkat

Pemberian perlakuan berupa pupuk untuk padi bunting memiliki tujuan agar hasil panen meningkat. Produktivitas tanaman padi menjadi persoalan yang penting untuk petani perhatikan secara cermat.

Pasalnya, padi bunting yang terjadi pada 50-60 Hari Setelah Tanam (HST) seolah titik penentuan apakah nanti hasilnya mantap atau sebaliknya. Padi bunting juga menandai perubahan dari fase vegetatif ke fase generatif.

Anda dapat menganalogikan kebutuhan nutrisi padi bunting seperti halnya ibu hamil (bumil). Pada bumil, nutrisi yang dibutuhkan lebih banyak daripada saat kondisi normal. Begitu pula padi bunting saat masa menuju generatif, nutrisinya semakin banyak.

Secara sederhana, pupuk untuk padi bunting adalah sesuatu yang sangat penting dan krusial.

Pupuk untuk Padi Bunting untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman

Salah satu ciri padi bunting dapat petani lihat kasat mata, misalnya pucuk daun menguning (hijau kekuning-kuningan). Itu merupakan indikator bahwa padi mengeluarkan banyak energi dan membutuhkan lebih banyak unsur hara sebagai nutrisinya.

Seluruh unsur hara sebelumnya, secara natural difokuskan padi pada pertumbuhan biji dalam organ reproduksinya. Masa produktif padi dikenal juga sebagai fase primordia menuju generatif.

Pengaplikasian pupuk sudah berubah, semula menggunakan pupuk cair untuk padi di fase vegetatif, menjadi pupuk yang berfokus pada kandungan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dengan perbandingan 1:1:3.

Pupuk untuk Padi Bunting agar Hasil Panen Meningkat
Dokumen pribadi Global Nutri Agrinusa

Kombinasi Pupuk untuk Padi Bunting NPK

Perhatikan bahwa pemberian pupuk tunggal maupun obat semprot untuk padi bunting harus mempertimbangkan kelas status unsur hara P dan K tanah. Ada 3 kategori kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi yang menjadi pedoman pemberian pupuk pada masa padi bunting.

Berpijak dari kelas status hara P dan K, ini pula yang menjawab masalah seperti penerapan pupuk di lokasi A dan B dengan dosis sama, namun hasilnya berbeda. Itu karena lokasi A dan B punya kelas status hara yang tidak sama.

Contoh pemupukan untuk padi menggunakan perbandingan NPK 1:1:3 secara umum setelah mempertimbangkan kelas status hara tersebut, adalah sebagai berikut:

1. NPK 15:15:15

Dosis pupuk NPK 15:15:15 rata-rata adalah 35 kg/ha, dengan kandungan N, P, dan K berturut-turut adalah 5,25 kg, 5,25 kg, dan 5,25 kg. Merek untuk pupuk jenis ini menyesuaikan sesuai dengan produk terpercaya petani di lokasi sekitar.

2. NPK 16:16:16

Selanjutnya petani tambahkan dengan NPK 16:16:16 dengan dosis sama, yaitu 35 kg/ha untuk memperoleh kandungan N, P, K berturut-turut 5,6 kg, 5,6 kg, dan 5,6 kg.

3. KCL 60%

Lantas ditambah untuk KCL yang mengandung K2O5 60% dengan dosis sama, 35 kg/ha untuk mendapatkan unsur K sebanyak 21 kg.

Hasilnya seperti pada tabel di bawah ini:

Jenis pupukDosis kg/haUnsur hara yang diperoleh (kg)
NPK
NPK 15:15:15355,255,255,25
NPK 16:16:16355,65,65,6
KCL 60%3521
Jumlah10,8510,8531,85
Perbandingan113

Penambahan pembenah tanah seperti Zeolite Aktif mungkin petani butuhkan untuk melengkapi jumlah dosis pupuk padi bunting menjadi 120 kg/ha. Pupuk ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan, sebab tanah yang mendapat perlakuan pupuk terus-menerus dapat berkurang produktivitasnya.

Demikian penjelasan dan rekomendasi pupuk untuk padi bunting agar hasil panen meningkat dengan cara memenuhi kebutuhan nutrisi reproduksi yang tepat. Semoga membantu, ya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

36 + = 42